Kawan-kawan.... Teknologi LED (Light Emitting Diode) kini sudah jadi fitur standar sistem pencahayaan pada sepeda motor. Pun demikian, pada generasi sepeda motor terdahulu yang banyak ditemukan di jalan raya, masih memanfaatkan lampu pijar atau bohlam untuk sistem pencahayaan, baik untuk pencahayaan lampu utama, pengereman hingga lampu sein.
Sebagai pengendara sepeda motor, alangkah bijaknya mengetahui dan paham jenis bohlam yang digunakan, khususnya pada lampu utama. Karena umumnya, bohlam untuk lampu utama motor matic, bebek dan sport menggunakan socket yang berbeda.
Untuk motor tipe bebek dan matic, biasanya menggunakan bohlam dengan soket M4. Sementara untuk motor tipe sport menggunakan bohlam dengan soket HS1.
Bohlam soket M4 dapat dikenali dari bagian pangkalnya, bohlam ini memiliki dua kaki dimana satu kaki untuk aliran arus listrik dan kaki lainnya untuk massa. Sementara bohlam dengan soket HS1 memiliki tiga kaki, satu kaki untuk lampu dekat, satu kaki jauh dan yang satunya untuk massa.
Selain memperhatikan tipe bohlam yang digunakan pada sepeda motor, pengendara juga harus tahu besaran daya atau watt bohlam tersebut. Pasalnya, kesalahan penggunaan ukuran watt bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.
Kebanyakan pengguna sepeda motor mengganti bohlam dengan ukuran watt yang lebih besar untuk mendapatkan pencahayaan yang lebih terang. Hal itu memang membuat pencahayaan jadi lebih terang, tapi tetap saja ada efek efek negatifnya.
Kelistrikan menjadi boros yang berdampak pada aki bisa cepat tekor. Karena ukuran watt yang lebih besar akan banyak memakan daya listrik.
Efek lainnya bisa berdampak pada refrektor lampu. Watt yang semakin besar, maka suhu panas yang dihasilkan akan semakin tinggi. Jika kondisi ini berlangsung lama, suhu panas tersebut bisa mengikis lapisan reflector dan membuatnya meleleh.
Maka dari itu, perlu diperhatikan daya bohlam ketika melakukan penggantian pada sepeda motor agar tidak menimbulkan efek negative di kemudian hari.